Monday 22 September 2008

Menghilankan Sakit Gigi

Jika anda mengalami sakit gigi terutama pada gigi geraham bagian bawah, maka ada cara praktis untuk menghilangkan rasa sakit gigi tersebut secara spontan dengan menekan titik-titik tertentu pada wajah, yaitu :

Pertama-tama, tekanlah sebuah titik di ujung tulang pipi yang ada didekat cuping hidung dengan agak sedikit keras secara berulang-ulang
Kemudian rabalah tulang rahang anda sehingga menemukan sebuah lekukan. Selanjutnya buat gerakan pijatan dari arah sebelah dalam ke arah luar rahang secara berulang-ulang
Dan terakhir tekanlah agak sedikit kuat titik pada lekuk tulang pipi dekat telinga secara berulang-ulang pula.
Insya Allah rasa sakit akan hilang seketika, dan selanjutnya jangan lupa berobat ke dokter karena teknik tadi hanya untuk menghilangkan rasa sakitnya saja.
Bagian yang dipijat adalah sisi wajah yang sama dengan lokasi gigi yang sakit

Source : kayadansehat.blogspot.com

Thursday 18 September 2008

Segar Berstamina Bebas Dehidrasi

BAGI yang mengerti faedah berpuasa, niscaya akan berharap sepanjang tahun adalah Ramadan. Pernyataan tersebut tentu tak berlebihan bila menilik ragam manfaat yang dapat dipetik dengan berpuasa.

Ahli nutrisi dari Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief AMG STP, mengemukakan, puasa mengandung tiga mekanisme aktif, yakni perlindungan, pencegahan, dan pengobatan. Saat berpuasa, asupan makan dibatasi, terutama di siang hari, sehingga organ pencernaan mengalami relaksasi. Pembatasan suplai makanan selama berpuasa ini juga mencegah penumpukan racun, kotoran, dan zat sampah hasil sisa metabolisme.

"Keistimewaan lainnya adalah peningkatan kekebalan tubuh, peremajaan sel kulit, perbaikan fungsi hormon, penyerapan gizi yang optimal, serta meningkatkan fungsi organ reproduksi yang berkaitan dengan kesuburan," paparnya.

Supaya tetap segar dan berstamina saat berpuasa, asupan cairan merupakan salah satu aspek penting yang harus tercukupi. Jika tidak memadai, bisa timbul dehidrasi. Selain tubuh menjadi lemas, dehidrasi ringan biasanya ditandai rasa haus. Sementara dehidrasi sedang bisa disertai gejala turunnya tekanan darah sehingga terasa pusing, berkunang-kunang, dan gelap bila berdiri dari posisi duduk atau tidur.

"Akan tetapi, umumnya selama puasa, tubuh beradaptasi dengan mengeluarkan hormon antidiuretik yang mengurangi pengeluaran urine dari ginjal dan mencegah pengeluaran garam natrium sehingga cairan bisa ditahan di dalam tubuh," papar dr Johanes C MND SpGK dari Melinda Hospital Bandung.

Kendati demikian, saat berpuasa sebaiknya asupan cairan dijaga agar dapat mendekati anjuran asupan harian 2,2 Liter (9 gelas belimbing) untuk wanita dan 3 liter (12 gelas belimbing) untuk pria. "Pengaturan minum ini sangat individual sifatnya. Jadi sebaiknya diminum dalam porsi kecil, tapi sering mulai saat berbuka puasa sampai saat sahur," katanya.

Adakalanya di saat sahur, udara yang masih dingin membuat kita kurang merasa haus sehingga malas minum. Untuk mengakali, sebaiknya minum minuman hangat seperti teh atau kopi encer (jangan yang pekat karena dapat menimbulkan dehidrasi karena ada efek diuretik/buang air kecilnya).

Pada saat berbuka puasa sampai 1/2 jam sebelum tidur diupayakan banyak minum untuk mengejar kekurangan cairan selama berpuasa. Namun, umumnya asupan cairan masih tetap kurang dari anjuran. Hal ini tidak perlu terlalu dirisaukan karena air juga terbentuk pada saat metabolisme makanan.

Sementara itu saat berbuka puasa, sebaiknya minumlah es buah atau teh dengan gula biasa secukupnya (jangan terlalu manis). Tujuannya hanya untuk menambah sedikit gula darah yang sudah mulai menurun karena puasa. Adapun terkait suhu cairan yang diminum, Johanes tidak mempermasalahkan jika ada orang yang ingin langsung minum air es saat berbuka. Pasalnya, minuman akan dipanaskan atau didinginkan dalam perjalanannya menuju lambung dan di dalam lambung.

"Sehingga, suhunya akan menjadi sama dengan suhu di dalam lambung, yaitu 37 derajat Celsius," ujarnya seraya mengingatkan untuk menghindari minuman yang terlalu manis atau terlalu banyak santannya karena mengandung terlalu banyak kalori dan lemak jenuh.

Johanes menyebutkan, efek lain dari dehidrasi adalah memicu bibir kering, bahkan mungkin seriawan. Selain banyak minum, pencegahan seriawan saat puasa dilakukan dengan makan cukup buah dan sayuran.
(sindo//tty)

Source : okezone.com

Bahaya Jantung Koroner

HATI-HATI dan waspada terhadap penyakit jantung koroner. Penyakit penyebab kematian nomor satu di dunia ini bisa menyerang siapa saja.

Penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit kardiovaskular yang menyerang jantung dan pembuluh darah. Bahkan, penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat terdapat 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, sebanyak 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi peralihan, dan 300.000 orang menjalani angioplasti.

Sementara data Departemen Kesehatan RI dan Yayasan Penyakit Jantung menyebutkan penyakit ini merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. "Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit yang mematikan. Persentase kematian akibat penyakit kardiovaskular untuk penyakit jantung koroner adalah 53 persen," ucap ahli jantung dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita, Prof Dr Harmani Kalim MPH SpJP (K) FIHA FASCC.

Menurut Harmani, penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyumbatan dalam pembuluh darah. Atau bisa juga disebut dengan aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). "Ini berarti adanya Aterosklerosis timbunan karang dan hilangnya kelenturan pembuluh darah. Aterosklerosis koroner berdampak pada pembuluh darah yang membawa darah menuju jantung, dan dapat memicu serangan jantung," sebut dokter dari Universitas Indonesia ini.

Serangan jantung merupakan suatu keadaan yang bersifat mengancam jiwa. Jika terlambat ditanggulangi, besar kemungkinan penderita akan mengalami kematian. Serangan jantung (heart attack/infark miokard) merupakan keadaan saat otot jantung (miokardium) mengalami kerusakan atau kematian. Hal ini dapat disebabkan terhentinya suplai darah yang membawa oksigen.

"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang bisa mengurangi kualitas hidup seseorang," ucap dokter yang sejak 2003 ini menjadi guru besar ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah.

Selanjutnya, suplai darah dapat terganggu akibat beberapa hal, yakni adanya salah satu nadi koroner terblokade selama beberapa saat. Hal ini bisa berakibat spasme (mengencangnya nadi koroner), atau akibat trombus (penggumpalan darah). Dan yang kedua karena adanya penyempitan dan penyumbatan karena penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.

"Terdapat faktor-faktor resiko akibat penyakit kardiovaskular ini. Faktor risiko tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang bisa diubah dan faktor risiko yang tidak bisa diubah," ucap Harmani yang menjadi pembicara seminar Tinjauan Farmakoekonomi: Paradigma Baru Terapi Aterosklerosis di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, dia juga menambahkan bahwa faktor risiko yang tidak bisa diubah karena faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Untuk faktor risiko yang bisa diubah adalah diabetes, hipertensi, obesitas, kurang gerak, dan merokok.

"Biasanya faktor risiko yang bisa diubah ini terjadi karena gaya hidup dari si penderita. Umumnya, mereka adalah perokok aktif," papar Harmani.

Pada penyakit jantung koroner terdapat gejala-gejala yang dirasakan oleh si penderita, seperti adanya rasa tertekan (ditimpa beban, nyeri, terjepit, diperas, dibakar) di dada, dan dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung. Rasa tercekik atau sesak yang dirasakan terjadi lebih dari 20 menit. Selain itu, muncul keringat dingin dan jantung berdebar.

Sementara itu, dokter spesialis Jantung RS Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta Dr Isman Firdaus SpJP FIHA mengatakan bahwa penderita penyakit jantung koroner terus meningkat setiap tahunnya. Karena, mereka kurang informasi tentang penyakit ini.

"Banyak orang yang anggap remeh penyakit ini. Pengetahuan yang sedikit tentang penyakit jantung koroner, juga disebabkan sedikitnya jumlah dokter jantung yang ada di Indonesia, yakni kurang lebih 400 dokter. Di Papua saja, hanya ada 1 dokter jantung," kata dokter jantung termuda di Indonesia ini. Dia juga menambahkan, rata-rata penderita jantung koroner tidak mengetahui gejala awal penyakit ini.
(sindo//tty)

Source : okezone.com